Produk Desa
Pengrajin Gula Merah Desa Cidora: Kisah Dedikasi, Inovasi, dan Dukungan Desa
Di Desa Cidora, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, seni membuat gula merah telah menjadi tradisi turun-temurun yang tidak hanya menghasilkan produk berkualitas tinggi tetapi juga menyimpan cerita hidup para pengrajinnya. Setiap pengrajin memiliki keunikan dan keahlian masing-masing, menjadikan gula merah dari desa ini sebagai salah satu yang terbaik di wilayahnya.
Sumiarto Dasiman (61 Tahun, RT 05 RW 02)
Sumiarto Dasiman dikenal dengan ketelitian dan dedikasinya yang tinggi. Sebagai pengrajin yang sangat memperhatikan detail, Sumiarto selalu memastikan bahwa setiap langkah dalam proses pembuatan gula merah dilakukan dengan hati-hati. Produk yang dihasilkan memiliki warna cokelat kemerahan dengan tekstur yang halus, menjadikannya pilihan utama bagi pelanggan setia yang menghargai kualitas.
Sumiarto Siman (67 Tahun, RT 01 RW 01)
Meski usianya sudah 67 tahun, Sumiarto Siman tetap gigih dalam menjalankan profesinya. Dikenal sebagai sosok yang tangguh dan penuh semangat, Sumiarto Siman adalah contoh nyata ketekunan. Gula merah hasil karyanya memiliki cita rasa khas dengan manis yang lembut dan aroma yang menenangkan, membuatnya sangat diminati oleh pelanggan.
Kuatsino (53 Tahun, RT 01 RW 01)
Kuatsino adalah pengrajin yang tidak pernah berhenti berinovasi. Pada usia 53 tahun, ia terus mencari cara baru untuk menyempurnakan hasil karyanya. Gula merah yang diproduksi oleh Kuatsino memiliki variasi rasa dan tekstur yang berbeda, termasuk rasa karamel yang lembut yang sangat disukai oleh berbagai kalangan.
Dakam Tasmudi (60 Tahun, RT 01 RW 01)
Dakam Tasmudi adalah sosok dengan keahlian yang luar biasa. Ia dikenal mampu memproduksi gula merah dalam jumlah besar tanpa mengorbankan kualitas. Keterampilannya dalam menjaga kestabilan api membuat gula merahnya selalu memiliki rasa dan tekstur yang konsisten, menjadi pilihan favorit di pasar lokal maupun luar desa.
Sumardi (61 Tahun, RT 02 RW 04)
Sumardi adalah pengrajin yang menjunjung tinggi kesabaran dan ketulusan. Baginya, setiap batang gula merah yang ia hasilkan adalah wujud kerja keras dan doa. Gula merahnya memiliki rasa yang lembut dengan sedikit sentuhan rasa tradisional, membawa kenangan pada masa lalu yang penuh makna.
Paino (44 Tahun, RT 04 RW 04)
Sebagai pengrajin muda yang penuh energi, Paino tidak hanya berfokus pada kualitas produksinya, tetapi juga pada pemasaran. Dengan menggunakan media sosial, Paino berhasil menjangkau pasar yang lebih luas, membuat gula merahnya semakin dikenal di luar daerah. Semangat wirausahanya telah memberikan dampak positif pada perkembangan usaha gula merah di Desa Cidora.
Rosidin Sawin (64 Tahun, RT 01 RW 04)
Rosidin Sawin adalah pengrajin yang mengedepankan kesederhanaan dan ketenangan dalam setiap langkah kerjanya. Gula merah hasil tangannya dikenal dengan teksturnya yang padat namun mudah hancur di mulut, memberikan kepuasan tersendiri bagi penikmatnya. Kesabaran dan ketulusan Rosidin dalam bekerja membuat produk yang dihasilkannya selalu istimewa.
Pada tahun 2021, Pemerintah Desa Cidora memberikan perhatian khusus kepada para pengrajin gula merah ini dengan mengadakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan mereka. Tidak hanya itu, pemerintah desa juga menyerahkan bantuan berupa wajan sabit yang sangat diperlukan dalam proses pembuatan gula merah, serta kaos sebagai tanda dukungan dan semangat bagi para pengrajin. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa tradisi pembuatan gula merah yang kaya akan nilai budaya ini tetap terjaga dan berkembang.
Pelatihan dan bantuan tersebut telah membantu para pengrajin meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi mereka. Dengan dukungan ini, para pengrajin tidak hanya dapat mempertahankan kualitas gula merah yang sudah terkenal, tetapi juga memperluas pasar mereka ke wilayah yang lebih luas.
Gula merah dari Desa Cidora kini tidak hanya dikenal sebagai produk berkualitas tinggi, tetapi juga sebagai hasil dari kerja keras, inovasi, dan dukungan komunitas. Setiap tetes manis dari gula merah ini adalah bukti dedikasi para pengrajin yang terus menjaga warisan budaya mereka sambil terus beradaptasi dengan perkembangan zaman.
.